oleh : Mety Jumiati
Islamedia - Keterbatasan ekonomi tak membuat Ahmad (17), seorang
pemulung di Denpasar, Bali, tergiur dengan barang yang bukan miliknya.
Remaja asal Desa Kesambi Rampak, Kapongan, Situbondo, Jawa Timur, ini
beberapa hari lalu mengembalikan tiga kotak berisi perhiasan emas
senilai Rp 300 juta yang ditemukan di bak truk sampah kepada pemiliknya.
Saat Kompas.com bertandang ke tempat kerja sekaligus tempat tinggalnya
di Bank Sampah Arta Ayu, Jalan Kendedes, Denpasar, Sabtu (6/3/2013)
siang, Ahmad dengan senang hati berbagi cerita tentang pengalamannya
tersebut.
"Kalau enggak salah
hari Selasa. Di atas (bak truk) sampah ada tiga kotak seperti kotak yoyo
isinya emas. Karena takut salah, saya tunggu (simpan) dulu," ujarnya.
Putra ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Sali dan Akmauwiyah ini
kemudian melaporkan penemuan ini kepada bosnya, pemilik Bank Sampah,
Made Raka.
Tak lama setelah kembali ke tempat kerjanya, ada
seorang perempuan bernama Desak Putu menanyakan tiga kotak perhiasan
emas tersebut. Awalnya, Ahmad dan Made Raka tak langsung memberikan
karena belum ada bukti Desak adalah pemiliknya.
"Terus dia
sebutin ciri-cirinya satu per satu, benar semua. Akhirnya dikembalikan,"
ujar remaja lulusan MTs Nurul Hikam, Kesambi Rampak, Situbondo, ini.
Kotak perhiasan itu berisi cincin, kalung, gelang, dan sebuah keris
yang nilainya mencapai Rp 300 juta. Atas kejujurannya, sang pemilik
perhiasan memberikan sejumlah uang tunai dan bahan pokok kepada Ahmad.
Ketika ditanya, mengapa ia mengembalikan emas bernilai ratusan juta
itu, Ahmad mengatakan, "Kita orang sampah, tapi hatinya harus lebih
besar."
Remaja yang baru sebulan tinggal di Bali ini mengaku
lebih senang mendapatkan kepercayaan dari orang dan saudara baru di
tanah rantau daripada harta melimpah yang tidak halal.
comment :
sebuah kisah yang menginspirasi para pembaca dan untuk generasimuda khususnya seperti kita, bahwa kejujuran yang terlahir dalam hati akan tumbuh menjadi pribadi yang jujur. walaupun keadaannya mendesak saat itu, bagaimanapun keadaan kita, apapun kondisi kita saat itu ketika jujur dalam hati udah menjalar tetap hati akan melaksanakan. saat ini hanya beberapa saja yang memiliki kesadaran seperti itu..
Islamedia - Keterbatasan ekonomi tak membuat Ahmad (17), seorang
pemulung di Denpasar, Bali, tergiur dengan barang yang bukan miliknya.
Remaja asal Desa Kesambi Rampak, Kapongan, Situbondo, Jawa Timur, ini
beberapa hari lalu mengembalikan tiga kotak berisi perhiasan emas
senilai Rp 300 juta yang ditemukan di bak truk sampah kepada pemiliknya.
Saat Kompas.com bertandang ke tempat kerja sekaligus tempat tinggalnya di Bank Sampah Arta Ayu, Jalan Kendedes, Denpasar, Sabtu (6/3/2013) siang, Ahmad dengan senang hati berbagi cerita tentang pengalamannya tersebut.
"Kalau enggak salah hari Selasa. Di atas (bak truk) sampah ada tiga kotak seperti kotak yoyo isinya emas. Karena takut salah, saya tunggu (simpan) dulu," ujarnya.
Putra ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Sali dan Akmauwiyah ini kemudian melaporkan penemuan ini kepada bosnya, pemilik Bank Sampah, Made Raka.
Tak lama setelah kembali ke tempat kerjanya, ada seorang perempuan bernama Desak Putu menanyakan tiga kotak perhiasan emas tersebut. Awalnya, Ahmad dan Made Raka tak langsung memberikan karena belum ada bukti Desak adalah pemiliknya.
"Terus dia sebutin ciri-cirinya satu per satu, benar semua. Akhirnya dikembalikan," ujar remaja lulusan MTs Nurul Hikam, Kesambi Rampak, Situbondo, ini.
Kotak perhiasan itu berisi cincin, kalung, gelang, dan sebuah keris yang nilainya mencapai Rp 300 juta. Atas kejujurannya, sang pemilik perhiasan memberikan sejumlah uang tunai dan bahan pokok kepada Ahmad.
Ketika ditanya, mengapa ia mengembalikan emas bernilai ratusan juta itu, Ahmad mengatakan, "Kita orang sampah, tapi hatinya harus lebih besar."
Remaja yang baru sebulan tinggal di Bali ini mengaku lebih senang mendapatkan kepercayaan dari orang dan saudara baru di tanah rantau daripada harta melimpah yang tidak halal.
Saat Kompas.com bertandang ke tempat kerja sekaligus tempat tinggalnya di Bank Sampah Arta Ayu, Jalan Kendedes, Denpasar, Sabtu (6/3/2013) siang, Ahmad dengan senang hati berbagi cerita tentang pengalamannya tersebut.
"Kalau enggak salah hari Selasa. Di atas (bak truk) sampah ada tiga kotak seperti kotak yoyo isinya emas. Karena takut salah, saya tunggu (simpan) dulu," ujarnya.
Putra ketiga dari tujuh bersaudara pasangan Sali dan Akmauwiyah ini kemudian melaporkan penemuan ini kepada bosnya, pemilik Bank Sampah, Made Raka.
Tak lama setelah kembali ke tempat kerjanya, ada seorang perempuan bernama Desak Putu menanyakan tiga kotak perhiasan emas tersebut. Awalnya, Ahmad dan Made Raka tak langsung memberikan karena belum ada bukti Desak adalah pemiliknya.
"Terus dia sebutin ciri-cirinya satu per satu, benar semua. Akhirnya dikembalikan," ujar remaja lulusan MTs Nurul Hikam, Kesambi Rampak, Situbondo, ini.
Kotak perhiasan itu berisi cincin, kalung, gelang, dan sebuah keris yang nilainya mencapai Rp 300 juta. Atas kejujurannya, sang pemilik perhiasan memberikan sejumlah uang tunai dan bahan pokok kepada Ahmad.
Ketika ditanya, mengapa ia mengembalikan emas bernilai ratusan juta itu, Ahmad mengatakan, "Kita orang sampah, tapi hatinya harus lebih besar."
Remaja yang baru sebulan tinggal di Bali ini mengaku lebih senang mendapatkan kepercayaan dari orang dan saudara baru di tanah rantau daripada harta melimpah yang tidak halal.
comment :
sebuah kisah yang menginspirasi para pembaca dan untuk generasimuda khususnya seperti kita, bahwa kejujuran yang terlahir dalam hati akan tumbuh menjadi pribadi yang jujur. walaupun keadaannya mendesak saat itu, bagaimanapun keadaan kita, apapun kondisi kita saat itu ketika jujur dalam hati udah menjalar tetap hati akan melaksanakan. saat ini hanya beberapa saja yang memiliki kesadaran seperti itu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar